Elastisitas harga adalah istilah pada ilmu ekonomi mikro, yang berfokus pada penetapan dan perubahan terhadap permintaan produk setelahnya.
Tak sedikit pebisnis yang kurang memperhatikan atau mungkin kurang sensitif terhadap perubahan harga dan risiko atau respon yang mungkin diberikan oleh customernya.
Secara teori, untuk mendapatkan angka terbaik pada instrumen harga dari sebuah produk, pebisnis harus memahami rumus elastisitas harga.
Karena pada hukum penawaran dan hukum permintaan penetapan harga ini sangat mempengaruhi pencapaian target dari bisnis tersebut.
Oleh karena itu, sebagai seorang pebisnis ada baiknya kamu mempelajari betul apa itu elastisitas harga permintaan, karena dapat berpengaruh pada kelangsungan bisnismu.
Untuk itu artikel ini akan mencoba membahas tuntas pengertian, contoh dan cara hitungnya.
Simak bersama, yuk!
Daftar Isi
Apa itu Elastisitas Harga?
Secara garis besar elastisitas harga adalah istilah untuk sensitivitas dan pengaruh dari permintaan produk, setelah adanya perubahan harga.
Secara hukum, permintaan perubahan harga memang selalu mempengaruhi permintaan dari pelanggan setiamu.
Cara Menghitung Elastisitas Harga dan Contohnya
Elastisitas harga permintaan dapat dihitung dengan membagi persentase perubahan permintaan dengan persentase perubahan harga.
Berikut ini rincian rumus elastisitas harga yang biasa digunakan:
Price Elasticity= % Perubahan jumlah permintaan ÷ % Perubahan harga
Mari kita ambil contoh elastisitas harga permintaan dan cara menghitungnya dari soal berikut ini:
Ada toko roti kecil yang menjual rata-rata 100 roti per minggu seharga Rp10.000,00 per pcs.
Toko roti tersebut memutuskan untuk menaikkan harganya menjadi Rp12.000,00.
Tetapi, karena kenaikan harga tersebut, konsumen jadi beralih ke toko roti lain yang harganya lebih murah.
Alhasil, toko roti tersebut mengalami penurunan penjualan dan hanya menjual rata-rata 80 roti per minggu.
Dari ilustrasi di atas, pertama-tama kamu harus menghitung perubahan kuantitas permintaan sebelum masuk ke rumus elastisitas harga.
Dalam hal ini, yang mulanya mampu menjual 100 menjadi 80.
Kemudian, hitung persentase perubahan kuantitas permintaan dengan menggunakan rumus berikut:
Perubahan kuantitas permintaan = (Jumlah akhir – Jumlah awal) Jumlah awal x 100%
= 80 – 100 x 100%
= -20%
Selanjutnya, hitung persentase perubahan harga dengan menggunakan rumus:
Perubahan harga = (Harga akhir – Harga awal) Harga awal x 100%
= (Rp12.000,00 – Rp10.000,00) Rp10.000,00 x 100%
= 50%
Jadi, price elasticity di toko roti tersebut adalah :
Price elasticity= -20÷50 = -0,4
Dari contoh di atas, kamu mengetahui bahwa elastisitas harga permintaan (price elasticity of demand) di toko roti tersebut adalah -0,4.
Artinya, penting untuk digaris bawahi bahwa tanda negatif pada hasil perhitungan di atas tidak selalu berarti bahwa harga tersebut tidak elastis.
Jenis Elastisitas Harga Permintaan
Jenis price elasticity pada dasarnya ada lima, seperti berikut ini:
1. Harga Elastis Sempurna
Ketika perubahan kecil dalam harga suatu produk menyebabkan perubahan besar dalam permintaannya, itu dikatakan permintaan elastis sempurna.
Dalam kasus harga elastis sempurna, kenaikan harga yang kecil menyebabkan penurunan permintaan menjadi nol.
Sementara itu, penurunan harga bisa menyebabkan peningkatan permintaan hingga tak terhingga.
Dalam kasus seperti itu, permintaannya elastis sempurna atau infinity dengan koefisien ∞.
Tingkat elastisitas permintaan membantu dalam menentukan bentuk dan kemiringan kurva permintaan.
Semakin datar kemiringan kurva permintaan, semakin tinggi elastisitas permintaan.
Dalam jenis elastisitas ini, kurva permintaan direpresentasikan sebagai garis lurus horizontal.
Namun, perlu kamu ingat bahwasannya, jenis elastisitas ini adalah konsep teoritis dan sulit untuk diterapkan dalam situasi nyata.
Akan tetapi, hal itu dapat diterapkan dalam kasus-kasus, seperti pasar persaingan sempurna dan homogenitas produk.
Dalam kasus seperti itu, permintaan untuk produk suatu organisasi diasumsikan elastis sempurna.
Dari sudut pandang bisnis yang mengalami situasi permintaan yang sangat elastis, suatu bisnis dapat menjual sebanyak-banyaknya, karena konsumen siap membeli produk dalam jumlah besar.
Namun, sedikit kenaikan harga bisa menghentikan permintaan.
2. Harga Inelastis Sempurna
Jenis elastisitas inelastis sempurna adalah permintaan ketika tidak ada perubahan dalam permintaan suatu produk dengan perubahan harganya.
Nilai numerik untuk permintaan inelastis sempurna adalah nol.
Dalam kasus inelastis sempurna, kurva permintaan direpresentasikan sebagai garis vertikal lurus.
Misalnya, kasus penjualan barang-barang penting, seperti beras, permintaan cenderung tidak berubah karena adanya perubahan harga.
Oleh karena itu, permintaan barang kebutuhan pokok biasanya bersifat inelastis sempurna.
3. Harga Elastis
Jenis elastisitas ini mengacu pada permintaan ketika perubahan proporsional dalam permintaan lebih besar daripada perubahan proporsional dalam harga suatu produk.
Nilai numeriknya berkisar antara satu hingga tak terhingga.
Misalnya, jika harga suatu produk naik 20% dan permintaan produk itu turun 25%, maka permintaannya akan relatif elastis.
Untuk bentuk kurvanya, price elasticity ini memiliki bentuk miring secara bertahap.
Sebagai contoh, harga minuman dingin merek tertentu naik dari R8.000,00 menjadi Rp9.000,00.
Dalam kasus seperti itu, konsumen dapat beralih ke merek minuman dingin lain.
Namun, beberapa konsumen masih mengkonsumsi merek yang sama.
Oleh karena itu, perubahan kecil dalam harga menghasilkan perubahan yang lebih besar dalam permintaan produk.
4. Harga Inelastis
Jenis price elasticity yang tidak elastis adalah ketika persentase perubahan dalam permintaan lebih kecil dari persentase perubahan harga suatu produk.
Misalnya, jika harga suatu produk naik 30% dan permintaan akan produk itu turun hanya 10%, maka permintaan itu termasuk relatif tidak elastis.
Nilai numerik permintaan yang relatif elastis berkisar antara nol sampai satu (ep<1).
Harga yang relatif tidak elastis memiliki aplikasi praktis, karena permintaan untuk banyak produk biasanya berubah karena ada perubahan harga.
Untuk contoh jenis elastisitas harga permintaan ini bisa kamu lihat di contoh penjualan toko roti yang sudah diilustrasikan di atas.
Dari hasil perhitungan, perolehan nilai numeriknya adalah 0,4. Jadi, bisa kamu simpulkan bahwa elastisitas harga di toko roti tersebut termasuk jenis yang tidak elastis.
5. Elastisitas Harga Kesatuan
Ketika perubahan proporsional dalam permintaan menghasilkan perubahan yang sama dalam harga produk, permintaan disebut sebagai elastisitas kesatuan.
Nilai numerik untuk permintaan elastis kesatuan sama dengan satu (ep=1).
Misalnya, suatu produk mengalami kenaikan harga dari Rp20.000 menjadi Rp30.000,00. Dengan harga awal, toko tersebut bisa menjual rata-rata 50 produk dalam sehari.
Dan sejak ada kenaikan harga, penjualan pun turun menjadi 25 produk per hari.
Jadi, elastisitas harganya = ((Jumlah akhir – Jumlah awal) Jumlah awal x 100%) ÷ ((Harga akhir – Harga awal) Harga awal x 100%)
= (25 – 5050 x 100%) ÷ (Rp30.000,00 – Rp20.000,00) Rp20.000,00 x 100%)
= -0,5 ÷ 0,5 = -1
Dalam kasus tersebut, bisa kamu lihat bahwa perubahan harga produk menghasilkan perubahan yang sama dalam permintaan.
Sudah Lebih Paham Tentang Elastisitas Harga?
Demikianlah penjelasan tentang elastisitas harga, mulai dari pengertian, jenis, hingga rumus elastisitas harga permintaan beserta contohnya.
Pada intinya, elastisitas harga adalah sebuah elemen penting untuk membantu analisa bisnismu.
Dengan menghitung price elasticity produk, akan lebih mudah bagi kamu untuk mengetahui indikasi tentang bagaimana perubahan harga akan berdampak pada laba bisnis.
Temukan inspirasi lainnya seputar manajemen bisnis, keuangan dan sebagainya hanya di entrepreneurcamp.id