Dalam menjalankan bisnis, ilmu akuntansi merupakan fundamental yang perlu kamu ketahui bahkan kuasai. Banyak aspek dari ilmu tersebut yang akan membantu kamu menjalankan bisnis secara lebih optimal. Salah satunya adalah tentang jurnal penghapusan piutang.
Jurnal penghapusan piutang merupakan salah satu elemen penting dalam akuntansi bisnis yang perlu ada. Pasalnya, dalam bisnis, utang dan piutang merupakan dua hal yang akan sering kamu temukan dalam catatan buku besar finansial perusahaan. Oleh karena itu, memahami penghapusan piutang akan jadi hal yang cukup penting.
Daftar Isi
Sebelum Itu, Pahami Dulu Mengenai Piutang Tidak Tertagih
Dalam memahami jurnal penghapusan piutang, kamu perlu mengetahui terlebih dahulu mengenai piutang tidak tertagih. Pasalnya, jenis jurnal ini akan mencatat terkait aset buruk tersebut yang sangat dihindari oleh perusahaan. Piutang tidak tertagih dikenal dengan istilah bad debts yang akan mengganggu alur finansial bisnis.
Meskipun begitu, piutang tak tertagih ini umum ada ketika kamu tengah menjalankan bisnis. Namun, kamu perlu memiliki catatan atau jurnal penghapusan piutang untuk memastikan bahwa masalah yang terjadi pada aset perusahaan dapat terselesaikan dalam waktu yang tepat.
Secara pengertian, piutang tidak tertagih adalah sebuah utang yang dilakukan oleh pihak lain kepada perusahaan yang kamu miliki. Pihak peminjam membutuhkan bantuan tersebut umumnya atas dasar transaksi bisnis. Namun, bisa juga di luar kondisi tersebut.
Istilah piutang tidak tertagih mengacu pada pihak peminjam yang tidak mampu untuk mengembalikan atau membayar kembali kepada kreditur. Istilah tersebut digunakan ketika pihak kreditur sudah melakukan tindak penagihan namun tidak berhasil.
Hasil penjualan produk yang dibayar dengan cara utang ini tentu jadi hal yang merugikan kamu sebagai pemilik usaha. Kamu jadi memiliki daftar piutang tidak tertagih yang mengganggu alur kas perusahaan, sehingga mengurangi pemasukan bersih dari penjualan. Tidak jarang kamu perlu menambah modal untuk menutupi kondisi tersebut.
Agar tidak terus menerus merugi akibat adanya utang yang tidak bisa terbayarkan oleh pihak peminjam, maka kamu perlu memiliki jurnal penghapusan piutang. Agar jurnal tersebut menjadi alat yang efektif dalam bisnis, kamu perlu memastikan bahwa penghapusan piutang perlu dilakukan.
Jadi, Apa itu Jurnal Penghapusan Piutang?
Sesuai dengan namanya, penghapusan piutang adalah sebuah tindakan yang dilakukan oleh perusahaan dalam mengatasi sulitnya penagihan. Meskipun menjadi solusi dalam mengatasi masalah piutang, tindakan ini perlu perhitungan matang karena punya potensi merugikan bisnis yang kamu jalani.
Jurnal penghapusan piutang jadi salah satu alat yang membantu kamu (sebagai pemilik usaha) untuk menentukan strategi yang tepat demi menyelesaikan masalah tersebut. Dalam jurnal tersebut umumnya berisi catatan piutang serta perhitungan terkait beban kerugian yang ada pada perusahaan kamu saat ini.
Jenis-Jenis Jurnal Penghapusan Piutang
Saat ini, ada dua metode pembuatan catatan penghapusan piutang yang umum jadi acuan dalam menyelesaikan masalah, di antaranya adalah:
1. Jurnal Penghapusan Piutang Direct Write-Off (Langsung)
Untuk jenis pertama dalam pembuatan catatan penghapusan piutang adalah metode direct write-off atau langsung. Metode ini mengacu pada keputusan perusahaan untuk menghapus piutang secara penuh dan langsung melalui pembukuan perusahaan. Keputusan ini diambil ketika perusahaan menetapkan piutang tidak dapat lagi ditagih.
Meskipun begitu, perusahaan yang kamu miliki harus benar-benar melakukan analisis dengan matang. Hasil analisis tersebut harus membuktikan bahwa piutang yang jadi beban memang tidak bisa lagi diselesaikan dengan semestinya. Selanjutnya, jurnal penghapusan piutang digunakan untuk menghitung beban kerugian.
Dalam jurnal tersebut, piutang yang tidak dapat tertagih akan dihapus. Maksud penghapusan di sini berarti tidak akan lagi mencoba untuk melakukan penagihan.
Selanjutnya, piutang akan tercatat sebagai beban perkiraan kerugian perusahaan. Umumnya, penghapusan piutang akan masuk pada kolom debet, sedangkan kerugian ada pada bagian kredit.
Dengan kata lain, perusahaan akan memindahkan kerugian tersebut dan mencatatnya sebagai bad debts dalam akun beban, sehingga menambah liabilitas.
Baca Juga: Apa Perbedaan Jurnal Umum dan Jurnal Khusus?
2. Jurnal Penghapusan Piutang Allowance (Cadangan)
Untuk metode selanjutnya yang bisa kamu gunakan pada jurnal penghapusan piutang adalah allowance atau cadangan. Pada jenis ini, perusahaan yang kamu miliki perlu melakukan analisis terkait perkiraan piutang. Hasil analisis tersebut akan tercantum pada setiap akhir periode pembukuan perusahaan.
Dalam menentukan periode akhir pembukuan, perusahaan biasanya memiliki ketentuannya sendiri. Selanjutnya, perkiraan dari analisis tersebut akan tercatat pada jurnal penghapusan piutang sebagai beban kerugian piutang.
Berbeda dengan metode sebelumnya, dalam jurnal ini beban kerugian piutang tercantum pada bagian debet. Sedangkan cadangan kerugian masuk ke dalam bagian kredit di jurnal.
Metode ini secara khusus mengutamakan penyisihan piutang. Langkah dalam menghapus beban aset tersebut adalah dengan mengatasi masalah secara bertahap dalam jumlah yang kecil. Hal ini jadi pilihan agar alur kas perusahaan tetap terjaga dalam ambang batas optimal.
Pada metode cadangan ini, perusahaan akan menghapus bad debts dalam pembukuan keuangan. Berbeda dengan metode langsung, bad debts tidak akan tampak sebagai kerugian dalam laporan keuangan.
Sebaliknya, aset tidak lancar tersebut akan jadi beban bagi laba perusahaan yang mengalami pengurangan secara bertahap. Metode cadangan memberi keuntungan untuk menjaga citra perusahaan, terutama sebagai tanggung jawab kepada stakeholder. Jika tidak, maka reputasi perusahaan pun akan berisiko tercoreng.
Cara Mudah untuk Menghapusnya
Metode jurnal penghapusan piutang tersebut merupakan langkah awal yang bisa jadi solusi oleh perusahan dalam mengatasi kerugian. Namun, di luar itu, bisnis yang kamu miliki pun perlu memiliki cara tersendiri dalam melakukan penghapusan. Penting bagi kamu untuk menemukan cara yang efektif agar terhindar dari kerugian.
Jika perusahaan milik kamu memiliki arus kas yang cukup dinamis, umumnya akan sulit menemukan nilai pasti dari piutang yang jadi beban. Hal tersebut akan membuat rumit proses pencatatan jurnal untuk memastikan berapa besar beban yang harus segera teratasi. Selanjutnya, berikut adalah beberapa cara yang bisa kamu coba.
1. Melihat Persentase Penjualan
Cara pertama yang bisa kamu lakukan dalam mengisi jurnal untuk menghapus piutang adalah dengan melihat persentase penjualan. Agar pencatatan efektif, kamu perlu melakukan penjumlahan terkait penjualan utang bersih dan piutang yang tidak tertagih. Penjumlahan yang dilakukan nantinya akan jadi acuan sebagai persentase penjualan.
Selanjutnya, pihak manajemen perusahaan yang kamu miliki akan menetapkan biaya kredit macet. Penetapan tersebut bisa kamu temui dengan melakukan perkalian dari penjualan utang bersih dan total dari keseluruhan hasil jual kredit.
2. Melalui Persentase Piutang
Selain persentase penjualan, kamu juga bisa menghapus beban kerugian melalui persentase piutang. Perlu kamu pahami bahwa cara ini merupakan langkah yang cukup sulit untuk bertindak sebagai acuan.
Persentase piutang umumnya tidak memiliki nilai yang sama. Oleh karena itu, kamu sebagai pemilik perusahaan perlu menghitung rasio piutang dari transaksi di masa lampau. Selain itu, persentase ini bersifat estimasi, sehingga hasilnya akan berbeda dengan apa yang terjadi di periode sebelumnya dan periode saat ini.
Kriteria Piutang Tidak Tertagih
Sebagaimana yang sempat dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa jurnal penghapusan piutang memiliki suatu kondisi khusus. Kondisi tersebut mengacu pada piutang yang memang sudah tidak mungkin bisa terbayarkan berdasarkan hasil analisis yang perusahaan lakukan.
Meskipun begitu, dalam analisis tersebut perlu ada kriteria yang akan jadi dasar dalam menentukan hasilnya. Kriteria ini bersifat sebagai acuan yang mendasar. Dalam kenyataannya, bisa juga ada elemen lain yang jadi perhitungan. Ada beberapa kriteria piutang tidak tertagih sebagai fundamental, berikut beberapa di antaranya:
1. Piutang Terlalu Lama
Dalam proses utang dan piutang, baik kreditur maupun debitur harus memiliki kesepakatan terkait batas waktu pengembalian. Umumnya, perusahaan penyalur dana pun memiliki batas toleransi ketika pihak yang berutang tidak mampu membayar sesuai tempo yang tertera dalam bukti kerjasama.
Meskipun begitu, toleransi tersebut pun memiliki risiko terhadap perusahaan. Ketika tidak ada pembayaran atau pelunasan utang, maka perusahaan akan mencantumkannya sebagai bad debts.
Kondisi gagal bayar dari pihak yang berutang akan berimbas pada laporan keuangan perusahaan sehingga terkesan kurang baik di mata stakeholder. Oleh karena itu, perusahaan akhirnya memutuskan untuk membuatnya menjadi piutang tidak tertagih sebagai metode penyelesaian.
2. Penagihan Melewati Batas
Kriteria berikutnya sebagai piutang tidak tertagih adalah jika proses penagihannya selalu gagal. Umumnya, perusahaan akan memiliki batas waktu tertentu untuk melakukan penagihan dengan berbagai cara. Namun, ketika pihak tertagih tetap tidak mampu membayar, langkah selanjutnya adalah membuatnya jadi piutang tidak tertagih.
Dalam menentukan lamanya batas masa penagihan, kamu perlu melakukan analisis secara menyeluruh. Selain itu, kamu juga bisa mencari tahu terkait kondisi keuangan pihak yang tertagih. Jika ada kemungkinan bisa membayar, maka batas penagihan punya kemungkinan untuk diperpanjang demi mengurangi risiko kerugian.
3. Kreditur Bangkrut
Ketika kreditur mengalami kebangkrutan dan tidak mampu membayar, kondisi tersebut akan masuk ke dalam kriteria piutang tidak tertagih.
Dalam mengatasi hal ini, pihak piutang akan mengambil alih hak jaminan bisa berupa barang atau lainnya. Nantinya, perusahaan kamu akan menjual aset tersebut untuk membayar sisa utang yang ada.
Meskipun begitu, kriteria ini tidak berlaku jika kreditur bangkrut meliputi aset dan barang jaminannya. Dengan kata lain, tidak ada hak milik yang bermanfaat untuk menyelesaikan pembayaran utang.
4. Gagal Bayar karena Kejadian Tertentu
Sebagai pelaku usaha, kamu tentu tidak asing dengan istilah force majeure. Hal tersebut nyatanya bisa jadi landasan dalam menentukan piutang tidak tertagih. Kriteria ini berlaku jika pihak tertagih mengalami kerugian atau bangkrut akibat kondisi yang memaksa. Kondisi tersebut meliputi bencana alam, kebakaran, dan sebagainya.
Agar dapat menjaga bisnis tetap berjalan dengan baik, jurnal penghitungan piutang bisa jadi elemen yang penting untuk kamu miliki. Meskipun begitu, pastikan bahwa pembuatan jurnal tersebut jangan sampai terlalu sering ada pada perusahaan mana saja.
Dalam berbisnis, penting bagi kamu untuk bisa mengetahui latar belakang pihak lainnya, baik rekanan maupun konsumen. Sehingga, kamu bisa mengurangi risiko adanya kerugian terkait utang dan piutang. Sebagai pengusaha kamu pun tidak terhindar untuk memiliki kesempatan sebagai pihak yang tertagih.
Oleh karena itu, pastikan selalu arus kas atau keuangan perusahaan lancar dan selalu melakukan pembukuan secara rutin agar menghindari kerugian. Sebelum menentukan piutang tidak tertagih, penting bagi perusahaan yang kamu miliki untuk memaksimalkan upaya penagihan agar tidak menjadi sebuah kerugian.
Temukan inspirasi lainnya seputar keuangan, manajemen bisnis dan lain-lain hanya di entrepreneurcamp.id