Biaya penyusutan adalah salah satu komponen bisnis yang banyak orang lupa. Faktanya, masih banyak pebisnis yang belum mengetahui dan menerapkan pencatatan komponen ini. Hal ini sangat sering terjadi terutama pada sebuah bisnis rintisan, yang mana membuat banyak bisnis rintisan belum bisa berkembang pesat.
Walaupun dari skala prioritas biaya penyusutan aset bukanlah faktor utama, namun peranan perhitungannya sangat berpengaruh untuk perkembangan sebuah bisnis. Oleh karena itu, sebagai pebisnis, kamu harus mulai belajar memahami dan mengaplikasikan cara menghitung biaya penyusutan dengan benar!
Daftar Isi
Apa itu Biaya Penyusutan?
Dalam sebuah bisnis, memiliki aset adalah sebuah kebutuhan. Namun yang perlu kamu tahu adalah setiap aset memiliki nilai yang bisa turun setiap tahunnya. Karena nilai sebuah aset menurun, maka asumsi yang terjadi adalah perusahaan akan melakukan sesuatu untuk menanggung angka penurunan tersebut.
Biaya tanggungan atas penurunan nilai aset inilah yang pebisnis namakan dengan biaya penyusutan. Karena merupakan tanggungan perusahaan, maka wajib hukumnya untuk memasukkan pengeluaran tersebut ke dalam laporan keuangan. Dalam ilmu bisnis dan ekonomi, penyusutan nilai aset ini memiliki nama lain yaitu depresiasi.
Secara konsep biaya penyusutan adalah sebuah beban perusahaan dari aktiva yang seiring waktu mengalami penurunan nilai. Biaya ini masuk dalam dua kategori beban perusahaan, yaitu biaya tetap dan biaya variabel.
Hal tersebut bisa terjadi karena perhitungan biaya penyusutan akan terhitung dalam satu kali periode hitung (per tahun) yang berarti termasuk kategori biaya tetap. Namun tidak menutup kemungkinan biaya ini masuk sebagai kategori biaya variabel, karena memiliki nominal yang berbeda-beda.
Depresiasi pada faktanya terbagi jadi dua jenis, yaitu beban penyusutan dan akumulasi penyusutan. Beban penyusutan mencakup biaya penyusutan dari setiap item aset, sedangkan akumulasi penyusutan adalah jumlah dari seluruh beban penyusutan.
Dua komponen tersebut harus ada dalam pencatatan atau laporan bisnis, namun masuk dalam jenis laporan yang berbeda. Untuk beban penyusutan akan masuk dalam laporan laba rugi, sedangkan akumulasi penyusutan akan masuk kedalam neraca perusahaan.
Manfaat Biaya Penyusutan bagi Sebuah Bisnis
Dari peranannya, biaya penyusutan memberikan banyak manfaat untuk sebuah bisnis. Tak heran kenapa komponen ini harus memiliki catatan terperinci. Berikut beberapa manfaat yang bisa kamu dapatkan dengan menghitung depresiasi:
- Memungknkan pebisnis tahu setiap nilai dari aset perusahaan.
- Mengetahui perkiraan harga jual aset.
- Biaya ini juga dapat mengurangi jumlah tanggungan pajak perusahaan.
- Membantu pebisnis dalam membuat strategi terbaik untuk bisnisnya.
- Memberikan nilai real aset dari bisnis, yang bisa menarik minat para calon investor.
- Menilai langkah penggunaan aset.
- Menentukan strategi pengadaan barang.
- Menentukan masa manfaat dari sebuah aset.
- Membantu mengendalikan keuangan perusahaan.
- Membantu evaluasi kinerja dan investasi perusahaan.
Kriteria dan Contoh Aset yang Mengalami Penyusutan
Pada dasarnya, seluruh aset berwujud yang tidak lancar pasti akan mengalami penyusutan. Dalam pelaksanaannya, ada beberapa kriteria aset yang mengalami penyusutan antara lain adalah:
- Aset atas hak kepemilikan perusahaan.
- Setidaknya untuk penggunaan satu tahun.
- Digunakan perusahaan untuk sebuah tujuan bisnis, yang dapat mendatangkan manfaat.
- Memiliki masa penggunaan yang terbatas.
Setelah mengetahui kriteria penyusutannya, berikut adalah contoh aset yang bisa terkena penyusutan, antara lain:
- Properti: gedung, ruko, perumahan, dan lain sebagainya.
- Kendaraan: mobil, motor, truk, dan masih banyak lagi.
- Peralatan produksi: mesin pabrik, forklift, dan lain sebagainya.
- Alat elektronik: komputer, printer, mesin fotokopi, dan lain-lain.
- Peralatan operasional: ATK, meja kursi, papan, dan beberapa peralatan lainnya.
Faktor yang Mempengaruhi Biaya Penyusutan
Dalam perhitungan depresiasi, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nilai akhir dari penyusutan tersebut. Berikut adalah beberapa di antaranya:
1. Harga Beli (Acquisition Cost)
Faktor yang paling mempengaruhi biaya penyusutan adalah harga beli dari aset tersebut. Jadi, untuk mengetahui nilai depresiasi, kamu harus tahu berapa harga beli barang tersebut. Itulah mengapa setiap perusahaan mewajibkan pencatatan terperinci atas segala kegiatan keluar masuk barang.
2. Estimasi Usia Ekonomis (Estimated Economic Life)
Selanjutnya yang menjadi penentu sebuah penyusutan aset adalah usia maksimal penggunaan aset tersebut. Setiap aset pastinya memiliki umur yang berbeda, jadi tugas kamu adalah dapat mengestimasi usia ekonomis dari sebuah aset.
3. Nilai Residu (Residual Value)
Selain dua faktor sebelumya, kamu juga harus memperhatikan nilai residu dari aset yang ingin kamu hitung. Nilai ini bisa kamu dapatkan dari pengurangan nominal depresiasi pada tiap periode sebelumnya, yang akan terus mengalami pengurangan hingga mencapai nol.
Cara Menghitung Biaya Penyusutan
Bagi kamu yang masih menggunakan sistem akuntansi manual, kamu harus benar-benar hati-hari dalam menentukan nilai penyusutan sebuah aset. Namun berdasarkan PSAK Indonesia, ada beberapa metode yang bisa membantu kamu menemukan nilai penyusutan dari sebuah aset.
Adapun beberapa cara menghitung biaya penyusutan adalah sebagai berikut:
1. Metode Penyusutan Garis lurus
Cara pertama yang bisa kamu gunakan adalah metode andalan banyak perusahaan, yakni penyusutan garis lurus. Metode ini memanfaatkan garis lurus menggunakan asumsi penyusutan konstan. Secara praktiknya, metode ini mengacu pada tingkat penyusutan yang sama tiap periode
Untuk menggunakan metode ini, kamu harus menentukan nilai residu dari aktiva tiap tahunnya. Dalam menentukan penyusutan dengan metode garis lurus, kamu bisa menggunakan rumus hitung berikut ini:
Nilai Penyusutan = (Harga Beli – Nilai Residu) / Usia Ekonomis
Adapun, contoh perhitungan menggunakan metode garis lurus dapat kamu simak sebagai berikut:
Pada kasus ini perusahaan membeli sebuah kendaraan operasional dengan harga beli Rp300 juta, dengan status kendaraan adalah second hand. Secara performa mesin dan keadaannya, mobil operasional ini memiliki usia ekonomis hingga 5 tahun penggunaan normal.
Namun dalam keadaan mendesak, mobil operasional ini memiliki perkiraan nilai residu sebesar Rp100 juta. Pada kasus ini kamu bisa menghitung biaya penyusutan aset dengan metode garis lurus, berikut cara hitungya
Nilai Penyusutan
= (Harga Beli – Nilai Residu) / Usia Ekonomis
= (Rp300.000.000 – Rp100.000.000) / 5 = Rp200.000.000 / 5 = R40.000.000
Dari perhitungan tersebut kamu bisa tahu bahwa angka penyusutan dari mobil operasional tersebut adalah Rp60 juta/tahun.
2. Metode Penyusutan Saldo Menurun Ganda
Cara berikutnya yang bisa kamu gunakan untuk menghitung sebagian biaya penyusutan aset yakni dengan menggandakan nilai penyusutan untuk mengatasi fluktuasi.
Pada umumnya metode ini berguna untuk menghitung biaya penyusutan dari mesin produksi. Ini karena selama penggunaan mesin akan mengalami penurunan performa.
Walaupun rumit, namun masih banyak perusahaan menggunakan metode ini karena ingin lebih berhati-hati atas segala kejadian yang mungkin terjadi. Untuk mendapatkan nilai penyusutan dengan metode ini, kamu bisa menggunakan rumus hitung berikut:
Nilai Penyusutan = (Harga Beli / Usia Ekonomis) x 2
Terkait contoh perhitungan menggunakan metode saldo menurun ganda yakni:
Pada perusahaan A terjadi pengadaan mesin produksi otomatis dengan harga Rp800 juta, dengan estimasi usia ekonomis hingga 10 tahun. Jika perusahaan tersebut ingin menghitung nilai penyusutan per tahun dengan metode ini, maka cara menghitungnya akan seperti ini:
Nilai Penyusutan
= (Harga Beli / Usia Ekonomis) x 2
= (Rp800.000.000 / 10) x 2 = Rp80.000.000 x 2
= Rp160.000.000
Dari perhitungan tersebut dapat kamu ketahui bahwa biaya penyusutan dari mesin produksi otomatis tersebut adalah Rp160 juta/tahun.
3. Metode Unit Produksi
Metode terakhir yang bisa kamu gunakan adalah metode unit produksi. Pada metode ini nominal penyusutan biasa akan berguna pada periode tertentu. Namun aset masih memiliki nilai proporsional yang seimbang dengan nilai kapasitas produksi dari aset tersebut.
Untuk menghitung metode ini, kamu bisa menggunakan rumus ini:
Nilai Penyusutan = (Harga Beli – Nilai Jual) x (Pemakaian / Maksimum Kapasitas)
Contoh kasus, sebuah perusahaan membeli sebuah truk cargo dengan harga Rp800 juta. Karena performa dan penggunaanya kurang maksimal, perusahaan ingin menjual truk dengan harga Rp780 juta.
Penjelasan dari dealer mengatakan truk memiliki performa terjamin hingga pemakaian maksimal 200.000 km, sedangkan pengguna truk tersebut baru 50.000 km. Maka untuk mengetahui biaya penyusutan dari truk kargo tersebut, kamu bisa menggunakan metode unit produksi dengan perhitungan seperti di bawah ini:
Nilai Penyusutan
= (Harga Beli – Nilai Jual) x (Pemakaian / Maksimum Kapasitas)
= (Rp800.000.000 – Rp780.000.000) x (200.000/50.000)
= 20.000.000 x 4
= Rp80.000.000
Dari perhitungan tersebut kamu bisa tahu nilai penyusutannya adalah Rp80 juta/tahun
Sudah Paham Cara Menghitung Biaya Penyusutan Aset dengan Baik?
Nah itulah pengertian dan cara menghitung biaya penyusutan pada sebuah perusahaan. Dari beberapa rumus yang ada, mana yang sudah pernah kamu gunakan?
Temukan inspirasi lainnya seputar manajemen bisnis, keuangan dan sebagainya hanya di entrepreneurcamp.id
Baca juga: